Adanya nama Amerika tersemat pada nama lembaga merupakan sejarah panjang persahabatan antara dua negara yang diwujudkan menjadi sebuah lembaga pendidikan bahasa.
Segaris waktu enam dasawarsa jika ditarik mundur pada titik awal maka tersebutlah dua nama yang sangat berperan awal pada pembentukan LIA. Keduanya adalah Hermen Kartowisastro dan Mr. Bill W. Palmer. Kedua tokoh ini telah meletakkan fondasi bagi terjalinnya persahabatan kebudayaan antara Indonesia dan Amerika.
Lembaga Indonesia-Amerika berdiri pada 7 September atas prakarsa beberapa warga Indonesia yang ketika itu dipimpin oleh Bapak Hermen Kartowisastro dari warga Indonesia dan Mr. Bill W. Palmer dari warga Amerika Serikat sebagai wakil ketua. Lembaga ini menautkan kebudayaan bangsa Indonesia dan Amerika untuk saling memahami.
Tujuan pembelajaran kebudayaan diwujudkan dalam bentuk kursus bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
LIA menempati kantor di Jalan Segara. Kantor ini juga merupakan kantor USIS yang bernama Balai Kebudayaan Amerika. Lokasinya menyewa sebuah ruangan dan sebagian ruangan lain di perpustakaan USIS. Kegiatannya: diskusi, pengajaran bahasa Inggris & Indonesia. Jumlah siswa ketika itu ada 40 orang.
Demonstrasi massa dan tekanan terhadap Amerika Serikat pada tahun ini berujung pada pemboikotan dan pengambilalihan semua kepentingan Amerika Serikat di Indonesia.
Hubungan LIA dengan Kedutaaan Besar Amerika Serikat dan USIS, yang dapat dikatakan sebagai “induknya” atau pembimbing dalam menjalankan kegiatan kegiatannya, menjadi sasaran dalam setiap demonstrasi menentang Amerika Serikat.
Kantor LIA sebelumnya yang bertempat di Jalan Segara, pada tanggal 15 Februari, para demonstran berhasil mengambil alih gedung tersebut dan mencopot tulisan Balai Kebudayaan Amerika yang terbuat dari kuningan dan tulisan serupa di tembok muka gedung
tersebut kemudian mengganti tulisan “Amerika” dengan “RI”.
LIA kembali dibuka pada bulan Maret. Aktivitasnya berada di gedung baru yang berada di
Jalan Teuku Umar No. 9, tidak jauh dari gedung lama di wilayah Menteng, Jakarta.
Presiden Soeharto menjabat dan Orde Baru mulai menata sektor ekonomi. Dampaknya,
perusahaan asing mulai banyak beroperasi di Indonesia sehingga membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Hal ini berakibat kursus bahasa Inggris LIA mendapatkan peminat yang membludak.
Sejak tahun 1974 subsidi USIS mulai berkurang, dan pada tahun 1976 dihentikan secara keseluruhan. Walaupun jumlah peserta kursus bahasa Inggris di LIA terus bertambah, akan tetapi LIA tetap memiliki kesulitan dalam membiayai seluruh operasionalnya. USIS menghentikan subsidinya terkait dengan pengetatan anggaran USIS dan juga karena melihat LIA sudah menjadi besar dari tahun ke tahun. Pada saat subsidi dihentikan, jumlah siswa LIA sudah mencapai 9.000 orang.
Berbeda dengan LIA di Jakarta yang subsidinya mulai dihentikan oleh USIS pada tahun 1976, cabang-cabang di luar Jakarta masih disubsidi oleh USIS. Sejak LIA memulai kegiatannya pada tahun 1968, setahun kemudian LIA membentuk 2 cabang di luar Jakarta, yaitu di Surabaya yang berdiri pada tahun 1969 dan di Medan pada tahun 1973.